Tingkah Laku Menjelang Ajal

06 Dec 2010 Tingkah Laku Menjelang Ajal

Adalah seorang kakek 75 tahun yang kukenal sejak tahun 1985.  Sebut saja namanya Cip dan isterinya Sut.   Sejauh aku tahu, kakek tersebut orang yang sangat baik hati.   Kakek Cip ini sangat dicintai oleh orang-orang di sekitarnya.  Bagaimana tidak…  apa saja yang dia miliki akan dikasihkan kepada orang lain jika dimintanya.   Ketika aku baru mengenalnya, dia baru berusia 50an tahun dan memiliki sepeda motor honda CB 200cc warna merah.   Dua tahun kemudian sepeda kebo itu tidak nampak di rumahnya.   Belakangan aku tahu ternyata diminta temannya.   Banyak keponakannya yang menjadi orang berhasil ternyata dulu disekolahkannya.   Kalo diceritakan rekaman kebaikan mbah Cip yang aneh ini, mungkin terlalu panjang dan capek menuliskannya.

Tanggal 22 November 2010 mbah Cip menghembuskan nafas terakhir di sebuah rumah sakit swasta di kotanya, Trenggalek, Jawa Timur.   Bukan hal aneh, orang yang sudah setua itu tentu ujung-ujung-nya ya menghadap Sang Pencipta.   Yang aneh adalah berbagai cerita sebelum itu.

Dua bulan sebelum ajal, kata mbah Sut (isterinya), pernah mengajaknya untuk pergi jauh.   Mbah Cip menunjukkan bahwa dia punya uang Rp 1 juta untuk bekal.   Tentu saja mbah Sut menolaknya dianggap mengada-ada.   Ternyata uang itu masih utuh di dalam saku celananya yang ditemukan di rumah sakit ketika akan dicuci.   Sepertinya mbah Cip benar-benar berniat pergi jauh.

Sekitar 6 minggu sebelum ajal, mabh Cip sempat ketemu aku.   Beliau mengutarakan maksudnya untuk membagi seluruh sisa harta yang masih ada ke 4 anaknya.   Aku bahkan sempat berkomentar “kalo dibagi-bagi lantas sampeyan mau kemana?.   Bukankah anak-anaknya sudah memiliki kehidupannya sendiri-sendiri?”.  Tetapi mbah Cip kala itu bersikeras dengan keinginannya.   Akupun diam karena nggak ada hak.

Masih sekitar 6 minggu sebelum ajal, mbah Cip sempat mengunjungi anak-anaknya yang ada di Bekas dan Bogor.   Yang mengherankan, beliau sempat meminta maaf kepada para pembantu anak-anaknya.   Bahkan sempat datang juga ke rumah adikku di Bekasi untuk meminta maaf dan mengucapkan terimakasih karena dianggap telah menolong anak lelakinya mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Sebulan sebelum ajal, mendadak sesak nafas.  Mungkin semacam alergi asma.   Lantas dibawa ke RSU Tulungagung.   Setelah nafasnya normal, entah kenapa mbah Cip merasa tidak suka di RS tersebut.   Juga dengan para perawat sering marah-marah.   Keponakannya yang menjadi kepala perawat di RSU Wlingi Blitar diberitahu keadaan pamannya di RSU Tulungagung.   Lantas dengan sigap membawa ambulan dan pasukan secukupnya meluncur ke RSU Tulungagung menjemput mbah Cip (yang dicintainya) untuk diboyong ke RSU Wlingi tempat dia bekerja.   Disana sudah disediakan ruang paviliun nomor wahid.   Yang aneh, sebelum mbah Cip memasuki ambulan, mbah Cip menyalami dan memohon maaf kepada sebagian besar perawat, terutama yang pernah dimarahinya.

Sepuluh hari mbah Cip dirawat di RSU Wlingi Blitar dan akhirnya diijinkan pulang.   Hari ke 2 dan 3 di rumah sejak kesembuhannya, mbah Cip selalu minta diantar tukang becak langganannya keliling kota Trenggalek dan menyempatkan memohon maaf kepada setiap rekan yang ditemuinya.

Hari ke 4 mbah Cip merasa pusing, lantas dibawa ke RS Swasta di dekat rumahnya di Trenggalek.  Kali itu tidak ke Tulungagung maupun Blitar karena tidak memerlukan dukungan oksigen.   Di RS itu hanya 3 hari, kondisinya terus menurun tajam dan akhirnya innalillahi wa inna ilaihi rajiun …  mbah Cip dipanggil pulang oleh Sang Pencipta pas adzan magrib.   Selamat jalan mbah Cip.   Semoga kehidupanmu yang baru di alam kubur sangat menyenangkan seperti ketika engkau di rahim ibumu, sambil menunggu panggilan akhirat.  Dan… semoga tempatmu di sorga telah tersedia.    Amiiien amiiien amiiieeen.  

Tags:
, ,
mm
Deru Sudibyo
deru.sudibyo@gmail.com
1Comment
  • Anonymous
    Posted at 19:49h, 11 January Reply

    Amien …
    Semoga semua amal-Beliau di terima dan dihapuskan segala dosa-nya. Amiieenn…

Post A Comment