Salah Kaprah Tentang LandCruiser 70 dan Bundera

14 May 2021 Salah Kaprah Tentang LandCruiser 70 dan Bundera

Toyota LandCruiser “70 series” atau J70, adalah salah satu seri LC yang belum pernah dirilis oleh ATPM Toyota di negeri kita.   Sehingga seperti barang langka, dan karuan saja harganya “gila”.    Pernah ada iklan LC BJ73 (MWB) dengan harga di atas Rp 600 juta.    Lebih mahal dari LC HDJ100 tahun 2000-2002.     Padahal LC dengan kode BJ, jika dokumennya benar-benar akurat, pasti produk sebelum tahun 1989.

Selain harganya gila, penyebutannya juga lebih gila lagi.    Selalu salah kaprah, semua LC70 disebut BUNDERA.    Bukan hanya awam saja, bahkan para reviewer beken pun ikutan salah kaprah.   Untunglah mereka presentasi dalam bahasa Indonesia.   Andaikan dalam bahasa Inggeris, tentu akan banyak komentar yang menggelikan.

Kita memang sering salah kaprah.   Misalnya menyebut Jeep JK atau JL dengan istilah “Rubicon”.    Suatu hari ketika sedang jalan bersama teman dari negara lain, pas parkir kebetulan berjejer dengan Jeep JK.   Si teman ini langsung nanya, “Apakah di sini ada varian Sahara Rubicon untuk Jeep JK ya?”     Saya masih belum mudeng apa yang maksud pertanyaannya.   Maklum, saya belum pernah punya Jeep JK, jadi kurang perhatian.    Lantas dia menunjuk emblem bertuliskan “Sahara” kecil di dekat pintu depan dan sticker bertuliskan “Rubicon” besar di tutup mesin (hood).    Belakangan baru tahu bahwa sticker “Rubicon” dijual bebas dan para pemilik Jeep JK yang hood-nya blank merasa perlu memasangnya.    Jangan-jangan di STNK dan BPKB pun ditulisnya Rubicon sebagai merek, bukan Jeep.

Istilah onderdil juga banyak yang salah kaprah.   Ada master atas dan ada master bawah untuk sistem hidrolik rem dan kopling.   Padahal mestinya yang di atas master dan lawannya slave.    Ada juga gardan floating.   Padahal mestinya as, bukan gardan.   Dan mestinya full-floating, karena yang lain semi-floating, sama-sama ada unsur floating-nya.

 

Salah itu mahal, jangan dibiasakan

 
Kadang kepikiran, apalah arti sebuah nama.  Lagi pula tidak setiap orang legowo menerima koreksi.   Tapi kalau nggak dikoreksi kadang mumet juga sih, pas ngobrol.   Terlebih setelah kita tahu yang benar.   Bagaimana nggak mumet?   Yang heavy duty disebut bundera dan bundera disebut LJ.   Lantas bundera yang bermesin 1KZ-T disebut apa?   LJ yang bermesin KZ?   Makin ruwet ya?   Kayak ngobrolin “ilmu karang” ya?   Mangsudnya ngarang sendiri 😀 😀 .   Jadi mirip orang di kampung saya yang bilang “Hondaku suzuki A cepek” 🙂 😀 😀 .   Pemilik umumnya merasa lebih tahu ketimbang penonton.   Bengkel banyak yang merasa paling tahu.   Terlebih bengkel yang jago modif.  

Namun, setelah pernah kecele, barulah sadar bahwa penamaan yang benar itu penting, karena salah itu mahal.    Penamaan onderdil dari awal selalu berusaha menggunakan istilah yang benar.    Karena referensinya teori dan buku.    Tetapi merek, tipe dan varian mobil, harus mengalami kecele dulu.

Kecele gimana?   Apanya yang mahal?   Bagi anda yang punya LC70 boleh mencobanya.   Pas butuh onderdil mesin, bodi bagian bonet, suspensi atau kaki, cobalah beli di ebay.   Gunakan keyword “bundera”, dan pilihlah barang yang dibutuhkan.   Begitu barang datang, silakan pasang.   Insya Allah akan segera tahu 🙂 . Nah berikut ini kisah kecele yang saya alami…

Ketika itu sedang membangun “Land Cruiser J76” dari bahan FJ55 utuh dan kabin depan pickup J75.   Intinya kepala pickup itu akan disulap menjadi bodi SUV seperti foto pada gambar di bawah ini.   Lantas akan dipaksakan untuk menggantikan bodi FJ55.   Tentu bagian bawah harus disesuaikan dengan sasis FJ55.

Inilah ujud SUV LC76 yang saya impikan. Ketika itu saya menyebutnya “Bundera LWB” mengikuti latahnya istilah bundera di masyarakat kita.   Kabin pickupnya pun saya sebut sebagai “bundera pickup”.   Kayaknya terasa lebih sreg ketimbang kode J76 atau LC76 atau kalimat panjang “land cruiser 70 LWB”.

Berhubung kepala pickup itu benar-benar hanya panel plat bodi tanpa asesori apapun, tentu banyak yang harus saya beli untuk melengkapi, seperti grille, lampu depan, lampu sen, spion, dashboard, kolom setir dsb.   Nahasnya, setelah barang-barang itu datang, banyak yang tidak bisa dipasang.   Banyak yang tidak kompatibel.

Awalnya tentu berantem dulu dengan penjualnya.   Bukan kepala batu, tapi memang bener-bener nggak mudeng kenapa tidak bisa dipasang.   Ada sebagian yang bisa ditukar setelah melalui dispute yang cukup konyol dan memalukan.   Ada pula yang tidak bisa karena ordernya jelas untuk LC70 Bundera.    Konyol kan?   Apanya yang salah?

Setelah bolak-balik buka kitab dan ikutan ngriyung di forum-forum LC di luar, barulah ketahuan bahwa LC76 bukanlah Bundera seperti yang dilatahkan kita-kita disini.   Bundera adalah prado atau LC70 light duty.   Sedangkan LC76 adalah LC heavy duty.   Banyak yang kirim link ke situs yang membahas LC70 bundera dan LC70 non-bundera.   Ada juga yang kirim foto bundera seperti di bawah ini.

Gambar ini adalah LandCruiser “Bundera” SWB hardtop, atau LJ70.    SWB yang softtop juga ada, kodenya LJ71.   Dari kode produknya, Bundera adalah termasuk “Land Cruiser 70 series” atau LC70.

Kenapa foto SWB?   Intinya bukan perbedaan panjang dan pendeknya bodi.   Melainkan perbedaan tampilan detil wajahnya.   Perhatikan baik-baik perbedaan detil bundera ini dengan LC76 di atas.  Yang perlu dicermati adalah detil wajah depan, terutama grille, lampu besar dan lampu sen depan, bumper dan juga spatbor atau fender depan.   Untuk memperbesar, klik saja gambarnya, baik bundera ini maupun LC76 di atas.

Supaya lebih jelas, kita close-up dua-duanya dan disandingkan seperti ini.   Silakan cermati perbedaan wajah 2 varian LC70 ini.   Untuk memperbesar, klik saja gambarnya.

Tampak jelas perbedaannya bukan?   LC heavy duty lebih mancung ketimbang bundera.   Sehingga grille-nya lebih ciut.   Lampu sen terpisah dari grille.   Sehingga lampu sen bundera tidak bisa dipasang disini.    Fender depan juga lebih tampak utuh seperti LC40 dan lebih cingkrang.    Sehingga flare depan bundera tidak bisa dipasang disini.

Lantas harus dikemanakan barang-barang yang salah beli? Melanjutkan dispute sudah keburu malu.   Satu-satunya jalan ya dijual lokalan dengan harga bantingan supaya cepat laku.    Tentu saja rugi.    Jadi … ternyata salah itu mahal dan memalukan.    Dari pengalaman inilah akhirnya kepikiran untuk berbagi tulisan semacam ini sejak belasan tahun lalu.   Sama sekali tidak ada maksud keminter dan menggurui.    Semata-mata hanya supaya teman-teman sehobi tidak membayar mahal seperti yang saya alami.    Namun baru kali ini ada kesempatan untuk menulis.

 

Apa itu LC Bundera?

 
LC70 adalah LC heavy duty seperti LC40.   Karena Toyota menawarkan rupa-rupa ukuran, ada yang pendek (SWB), menengah (MWB), panjang (LWB) dan extra panjang (pickup dan troop carrier), maka tipikal pemakaiannya pun mirip LC40, ada yang benar-benar untuk kerja berat dan ada yang sekedar untuk wira-wiri.   Terutama yang SWB dan MWB.    Lebar badannya yang lebih ramping ketimbang LC60, tentu lebih praktis.    Oleh karena itu Toyota berinovasi untuk membuat LC70 SWB dan MWB yang lebih nyaman dan lebih ekonomis sekedar untuk light duty keseharian atau fun offroad.

Klik gambar di atas untuk masuk ke situs rujukannya.

Akhirnya dirancanglah LC lightduty berbasis LC70 SWB dan MWB pada tahun 1984 dan diproduksi 1985, setahun setelah kelahiran LC70 heavyduty.   Evolusinya dapat disimak pada gambar di atas, yang diambil dari situs buschtaxi.org.   Gambar sebelah menampilkan contoh ujud LC bundera MWB hardtop dengan kode produk LJ73.   Kalau bundera yang softtop kodenya LJ74.

Ketika itu LC70 heavyduty bermesin besar, yang bensin 2F dan yang diesel 13B-T, 2H dan 12H-T.   LC lightduty tidak perlu sebesar itu, cukup dengan 22R (bensin) dan 2L-T (turbo-diesel).   Sehingga moncongnya bisa dipangkas sedikit lebih pendek.  LC ini lantas disebut “LandCruiser-II”.   Namun di kalangan konsumen populer disebut “Bundera”, meskipun tidak pernah tertera resmi dengan emblem di bodi.

Suspensi LC70 heavyduty keras seperti LC40.   LC Bundera diperlunak dengan per keong depan dan belakang.   LC70 heavyduty menggunakan as full-floating depan belakang.   Sedangkan LC bundera tidak perlu sekekar itu.   As belakang bundera cukup semi-floating.

Bundera lantas menjadi cepat populer di seantero jagad otomotif.   Karena meskipun Toyota menitahkannya sebagai lightduty, tetap saja basis LC diyakini lebih kekar ketimbang 4×4 merek lain.   Karena dari penampakannya dan grengnya juga setara dengan J40.   Jadi, pengguna menilainya dengan caranya sendiri.   Jika Jeep CJ, YJ maupun XJ saja dikatakan sebagai mobil offroad serius, lantas dimana kalahnya bundera?

Ndilalah mesin yang diusung juga tidak kalah tangguh dibanding mesin LC70 heavyduty, baik dari sisi tenaga maupun keawetannya, terutama yang diesel (2L-T), dikombinasi dengan suspensi yang jauh lebih nyaman membuat bundera lebih lincah di medan offroad.   Tentu semakin mengundang penggemar lebih memilih bundera.

 

Bundera dipercantik menjadi Prado

 
Rupanya diam-diam Toyota makin optimis dengan popularitas Bundera yang pasarnya lebih sexy.    Maka disiapkanlah generasi berikutnya dengan rancang bangun yang benar-benar lebih sexy dan mewah.     Gambar sebelah menampilkan perbedaan wajah Bundera dengan generasi barunya yang sexy dan mewah.  Generasi baru ini mulai diproduksi tahun 1991. Awalnya masih mengusung mesin yang sama, turbo-diesel 2L-T. Mesin bensin 22R sudah ditinggalkan.

Rupanya nama “Land Cruiser II” tidak bisa populer.   Mungkin pengucapannya yang terlalu panjang.   Maka untuk membelokkan penamaan “Bundera” dari konsumen, pihak Toyota memberinya nama resmi “Prado” dan dituliskannya pada handle pintu buritan di atas plat nopol.   Sementara emblem “Land Cruiser II” masih terpampang di samping kanan-kiri hood.

Meskipun awalnya orang masih menyebutnya bundera, lambat laun sebagian mulai ada yang menyebutnya prado.   Perbedaannya sebenarnya hanya di wajah saja.   Yang lain masih sama.   Namun sejak generasi sexy ini, ada tambahan varian LWB.

 

Prado juga lebih cantik ketimbang LC70 heavyduty

 
Dari tampilan wajah, bundera lama masih mirip banget dengan LC70 heavyduty.   Yang kurang jeli bahkan mengira sama, karena sama-sama kotak dan sama-sama sangar.    Tapi bundera baru generasi sexy ini, orang awam pun sudah bisa membedakannya.   Sila perhatikan gambar perbandingan wajah di sebelah ini.   Siapapun akan tahu bahwa kedua LC tersebut memang berbeda.

LC70 heavyduty kotak tapi lebih mancung.   Sedangkan bundera baru atau prado tampak jauh lebih bersahabat.   Moncongnya terkesan mancung karena mukanya membulat.    Sebenarnya dempak tapi lebih sexy.

Meskipun sudah jelas dinamai “prado”, sebagian orang masih menyebut “bundera”.   Sebutan itu masih bisa diterima, karena masih di kelas yang sama, lightduty.    Untuk belanja barang juga tidak salah asalkan menyebut tahunnya.   Misalnya  menyebut “bundera 1991”, pasti maksudnya prado tahun 1991.

Tetapi jika mobil kita HZJ70 atau FZJ70 tahun 1992 dan kita belanja dengan menyebutnya “bundera 1992”, maka pelayan akan mencarinya di katalog prado tahun 1992, bukan katalog HZJ70 atau FZJ70.   Kekeliruan ini tidak bisa diterima dalam dispute.

Produksi berikutnya hadir dengan mesin yang lebih bertenaga, yaitu 1KZ-T.   Sama-sama turbo-diesel I4, tetapi sedikit lebih besar dan teknologinya sudah lebih canggih.   Tenaganya naik dari 90HP menjadi 120HP, hampir setara dengan LC70 heavyduty yang bermesin 13B-T, 12H-T maupun 2F.    Di jaman itu, tenaga segitu tentu termasuk besar.

Prado berbasis LC70 ini diproduksi sampai tahun 1996.   Mulai 1997 arsitektur LC Prado sudah benar-benar dipisahkan dari LC70, dan memiliki kode sendiri yaitu LC “90 series” atau J90.    J90 adalah prado yang sebenarnya.    Ujudnya lebih mirip Kijang kapsul, sudah sangat berbeda dari LC70 dan tidak ada kesan bahwa dulunya pernah berbagi bodi yang sama dengan J70.

Sejak hadirnya Prado yang sebenarnya, yaitu J90, orang perlu hati-hati menyebut prado yang J70, supaya tidak keliru.    Kalau mau, sebut saja “Land Cruiser II”, sudah pasti benar dan resmi.   Namun entah bagaimana, orang tetap enggan.    Orang lebih memilih Bundera untuk menyebut Prado J70.    Sehingga sejak hadirnya J90, julukan bundera kembali hadir.

 

Perbedaan antara Prado 70 / Bundera dengan LC70 heavyduty

 
Selain wajah yang memang bisa dibedakan secara awam, ada perbedaan yang paling mendasar antara Prado 70 atau Bundera dengan LC70 heavyduty, yaitu kaki, suspensi dan mesin.    Kaki Prado/Bundera adalah lightduty dengan as belakang semi-floating dengan suspensi per keong.   Konstruksi suspensi dan link-nya mirip banget dengan LC80, hanya serba lebih kecil.   Klik gambar ini untuk masuk ke situs rujukannya.

Sedangkan LC70 heavyduty, kakinya lebih kekar dengan as full-floating depan-belakang mirip LC80, tetapi suspensinya dengan per daun.    Konstruksi suspensi dan link-nya mirip banget dengan LC60, tapi lebih ramping. 

Pada tahun 1998 ada perubahan.   PCD rodanya mengikuti LC100, yang semula 6-stud x 139mm menjadi 5-stud x 150mm.    Suspansi depan dirobah dengan per keong seperti tampak pada gambar ini, dengan konstruksi 3-link mirip Bundera atau LC80.   Suspensi belakang tetap dengan per daun.    Hasil akhir, sedikit lebih lembut dibanding sebelumnya.

Yang paling heboh mesinnya.    Tidak seperti Prado 70 atau Bundera yang hanya 2L-T dan 1KZ-T saja.   Mesin LC70 heavyduty sangat beragam.    Standardnya diesel, namun ada opsi bensin.    Diesel generasi awal adalah 13B-T.   Lantas diganti dengan 2H dan kemudian 12H-T, dan yang terakhir adalah 1PZ, 1HZ dan 1VD-FTV.    Sedangkan versi bensinya dimulai dari 2F, lantas 3F, kemudian 1FZ.

 

Numenklatur kode produk LC70

 
Numenklatuur LC70 mirip LC40.    Seri J40 adalah SWB hardtop, J41 SWB softtop, J43 MWB hardtop, J44 MWB softtop, J45 pickup, J48 dan J49 van/ute berbasis pickup.   LC70 juga demikian.    Seri J70 adalah SWB hardtop seperti di gambar sebelah.   J71 SWB softtop, J73 MWB hardtop, J74 MWB softtop, J75 pickup, J78 troop carrier (berbasis pickup).  Numenklatur ini berlaku pada LC70 heavyduty maupun lightduty.   Meskipun lightduty awalnya hanya SWB dan MWB dan sampai tutup usia tidak pernah ada pickup, double-cabin maupun troop-carrier.

Kode produk Prado 70 SWB hardtop atau (kembali) Bundera J70 adalah LJ70 untuk yang bermesin 2L-T dan KZJ70 untuk yang bermesin 1KZ-T.   SWB yang softtop, J71, kodenya LJ71  untuk yang bermesin 2L-T dan KZJ71 untuk yang bermesin 1KZ-T.

LC70 heavyduty lebih banyak variannya.    Gambar sebelah adalah varian SWB.    Tata ruang kabinnya sama persis dengan SWB Prado 70 atau Bundera.    Bedanya hanya pada penampakan wajah, suspensi dan kaki serta mesin.     Kode produknya lebih beragam karena mesinnya lebih beragam.    Versi bensinnya hanya FJ70 dan FZJ70 untuk yang hardtop.   Sedangkan SWB softtop bensin hanya FJ71 dan FZJ71.

Versi dieselnya lebih banyak, yaitu BJ70, HJ70, PZJ70, HZJ70 dan yang terakhir VDJ70 untuk yang hardtop.   Sedangkan SWB yang softtop BJ71, HJ71, PZJ71, HZJ71 dan yang terakhir VDJ71.

Tetapi penampakan VDJ70 / 71 sudah jauh berbeda.   Moncong dempak banget lebih mirip LC60, lebih dempak dari LC80.      Kita akan bahas terpisah LC70 generasi VDJ.

Gambar di sebelah adalah penampakan Prado J70 MWB hardtop, atau Bundera J73.   Kode produknya LJ73 untuk yang bermesin 2L-T dan KZJ73 untuk yang bermesin 1KZ-T.    Prado J70 MWB yang softtop, Bundera J74, kodenya LJ74  untuk yang bermesin 2L-T dan KZJ74 untuk yang bermesin 1KZ-T.

Perbedaan antara MWB dengan SWB untuk memudahkan, kita lihat saja Daihatsu Taft, antara Taft Rocky (MWB) dan Taft GT (SWB).    Kebetulan untuk yang hardtop ada kemiripan.    MWB hardtopnya removable canopy berbahan FRP dan yang SWB hardtopnya integral dengan bodi berbahan plat baja.

Perbedaan yang sesungguhnya dari sisi fungsi, MWB tempat duduk di kabin belakangnya menghadap ke depan.   Sehingga memang butuh ruang agak lega supaya ada tempat buat kaki penumpang yang duduk di belakang.    Selain itu juga tetap harus ada ruang bagasi di belakang jok belakang.

LC70 heavyduty varian MWB penampakannya bisa diihat pada gambar ini.    Tata ruang kabinnya sama persis dengan Prado 70 atau Bundera MWB.    Bedanya hanya pada penampakan wajah, suspensi dan kaki serta mesin.     Kode produknya lebih beragam karena mesinnya lebih beragam.    Versi bensinnya hanya FJ73 dan FZJ73 untuk yang hardtop.   Sedangkan MWB softtop bensin hanya FJ74 dan FZJ74.

Versi dieselnya lebih banyak, yaitu BJ73, HJ73, PZJ73 dan yang terkahir HZJ73 untuk yang hardtop.   Sedangkan MWB yang softtop BJ74, HJ74, PZJ74 dan yang terakhir JZJ74.

LC70 heavyduty generasi 2008 ke atas, yaitu generasi VDJ atau “moncong dempak” atau “wide nose” sampai hari ditulis artikel ini tidak pernah diberitakan varian J73/74.   Cari di google “VDJ73” atau “VDJ74” juga nihil.    Jadi untuk sementara bisa disimpulkan bahwa LC70 heavyduty MWB tidak diproduksi lagi sejak tahun 2008.

 

Prado/Bundera makin mewah

 
Seiring jalannya waktu, bundera baru yang sexy makin banyak penggemarnya karena tampilannya yang mewah.   Tidak hanya menjadi kendaraan kerja lapangan dan offroad saja, tapi juga untuk kantoran dan ke mall atau kondangan mirip LC80 ketika itu.   Singkat kata, Toyota lantas membikinkan versi LWB untuk mereka yang membutuhkan LC80 namun dananya belum mencukupi.   Opsinya pun lebih meluas lagi, ada yang matic, power window, sunroof dsb.

Ketika prado LWB hadir, belum ada padanan yang tepat di kelas heavyduty.    Lantas Toyota memberinya kode J78 disejajarkan dengan ute atau troopcarrier di kelas heavyduty, meskipun sebenarnya beda.   Tidak ada penjelasan kenapa dipilih kode J78.   Tentu membingungkan dalam penyebutan.   Yang membedakan kode mesinnya.   Sehingga supaya tahu mana yang troopy mana yang Bundera wagon, kita harus menyebutnya lengkap kode produknya.

Jadi kalau menyebut LJ78, pastilah prado / bundera LWB.   Tapi BJ78, HJ78, HZJ78, FJ78 pastilah LC70 troopcarrier.    Ketika mesin 1KZ-T hadir untuk prado, mestinya kode produknya menjadi KZJ78.    Tetapi berhubung LJ78 masih diproduksi di beberapa belahan dunia, maka untuk yang bermesin 1KZ-T kodenya digeser menjadi J79.    Agak runyam dan menjadi susah diingat.

Lebih runyam lagi setelah Toyota berencana untuk memproduksi LWB mirip prado/bundera di kelas heavyduty.    Karena mesin-mesin yang akan diusung pasti mesin-mesin kelas heavyduty, pastilah kode produk akan bentrok dengan LC70 troopcarrier jika kode bodinya 78 / 79 mengikuti prado / bundera.     Lantas dipilihnya kode bodi J76 dan J77.    J76 untuk konfigurasi standardnya.    Sedangkan J77 sudah ditambah sejumlah opsi, semisal sunroof.

Pada tahun 1997, LC J76 / 77 mulai diproduksi.    J76 / 77 adalah LWB atau bodi panjang.    Tetapi tidak sepanjang LC70 troopcarrier maupun LC70 pickup.    Makanya, sejak kehadiran J76/77, istilah LWB tidak lagi digunakan untuk menyebut J78 maupun J75.    Dan memang sudah direncanakan, Prado seri J70 atau bundera berhenti diproduksi, digantikan seri J90.    Sehingga tidak ada lagi bentrok J78 dan J79.    Di internal industri di Toyota juga tidak perlu lagi menyebut istilah “heavyduty“, karena sejak itu semua J70 pasti “heavyduty“.

Beda lagi di kalangan konsumen.    Pengguna tetap harus membedakan mana “heavyduty” dan mana “lightduty“.    Karena barangnya masih ada.    Nah, berhubung Prado J90 sudah ada, maka Prado J70 semakin lazim disebut Bundera.    Di sisi lain, LC70 heavyduty cukup dengan sebutan LC70 saja.

Konsumen kayaknya lebih menyukai J76 dan J77 meskipun tidak selembut Prado/Bundera.      Bodi yang panjang tentu sudah tidak mungkin akan segesit SWB atau MWB.    Tetapi lebih menyenangkan untuk perjalanan jauh bersama keluarga, terlebih overland.     Tentu ketangguhan LC70 yang sesungguhnya lebih diimpikan, yaitu mesin yang lebih besar dan lebih bertenaga dan struktur yang lebih kekar baik bodi, rangka maupun kaki.

Pada tahun 1998, bersamaan dengan lahirnya LC100, Toyota juga menghadirkan varian baru untuk LC70, yaitu “double cabin“.    Mesinnya hanya satu pilihan, sama persis dengan LC100, yaitu 1HD-FTE.    Bedanya, tidak dilengkapi intercooler  seperti LC100.    Sehingga tenaganya hanya 170HP dan maximum torsinya hanya 380Nm seperti mesin 1HD-T yang terpasang pada LC80.    Kelebihannya, 1HD-FTE yang sudah computerized, kurva torsinya memanjang dari RPM 1400 sampai 3000+.

Kode bodi varian double-cabin ini dipilih J79, kodenya Bundera LWB.    Meskipun di internal Toyota tidak ada masalah, tapi di kalangan pengguna semakin runyam.    Sehingga menyebutnya harus lengkap HDJ79.    Mujurnya, tidak ada opsi mesin lain selain 1HD-FTE.

 

LC70 generasi 2008 – Wide-noose

 
Sejak tahun 2008, LC70 hadir dengan perubahan wajah yang cukup mengagetkan.   Exterior-nya dari pilar-A ke depan berubah total.   Moncongnya menjadi benar-benar dempak, bahkan lebih dempak dari LC80.    Silakan perhatikan gambar di sebelah kiri.    Terkesan lebih mirip LC60, hanya sedikit lebih lengkung mengikuti jaman.    Dan yang mengejutkan lagi, track roda depan jauh lebih lebar dari track roda belakang.

Interior-nya yang berubah hanya dashboard.    Panel-panel dashboard terkesan lebih lengkung atau bahkan bulat.    Selain dashboard, sepertinya semua masih sama dengan generasi sebelumnya.

Gambar di sebelah kiri ini adalah penampakan dari LC76 atau LC77 yang baru yang bermoncong dempak.    Pilihan mesin LC70 generasi ini hanya 2, yaitu 1VD-FTV, turbo-diesel 4500 cc V8 dengan tenaga 204 HP dan torsi 430 Nm, dan 1HZ, N/A-diesel 4200 cc I6 dengan tenaga 130 HP dan torsi 285 Nm.    Semuanya diesel.

Mesin 1VD-FTV juga digunakan untuk LC200 varian VDJ200.   Namun tenaga 1VD-FTV LC200 jauh lebih besar karena didukung dengan twin-turbo, yaitu 268 HP dan torsinya 650 Nm merata sejak RPM 1600 hingga 3000an.   Inipun masih terlalu kecil untuk mesin modern sebesar itu.   Tapi ya itulah Toyota yang terlalu mengutamakan durability meski harus mengorbankan tenaga.

Opsi bensin hanya ada untuk pasar domestik Jepang.   Untuk membedakan secara awam, pada bodi ada emblem V8 untuk yang bermesin 1VD-FTV.    Untuk versi bensin tidak ada snorkel bawaan pabrik seperti tampak pada gambar sebelah.

Generasi 2008 juga nyaris seramai generasi sebelumnya dari keragaman variannya.   Ada SWB softtop J71 maupun hardtop J70.  Ada LWB J76 dan J77, pickup J75, troopy J78 dan double cabin J79.   Yang belum pernah terinformasikan adalah MWB, baik J73 maupun J74.    Untuk sementara boleh dianggap tidak ada.

Gambar sebelah kiri adalah penampakan dari LC70 SWB hardtop alias J70.    Penampilannya lebih sangar, karena kabinnya pendak tapi moncongnya besar dan panjang.    Dibikin dempak konon untuk mengakomodir mesin barunya 1VD-FTV.    Tapi panjangnya tetap sama dengan generasi sebelumnya supaya muat mesin 1HZ yang panjang.

Sebagian menilai moncong dempak lebih modern.    Tapi lebih banyak yang kecewa, karena karakter khasnya LC70 hilang.    LC70 Bundera atau Prado 70 meski dempak, masih ada karakter LC70-nya.    Hood-nya masih ada kesan meruncing meski tidak seruncing LC70 heavyduty.

mm
Deru Sudibyo
deru.sudibyo@gmail.com
4 Comments
  • Anhar
    Posted at 01:17h, 17 May Reply

    Salam kenal,
    Mohon pencerahannya om, type mana dari land cruiser 70 series yang menggunakan mesin 2F dan 12HT, seperti yang diterangkan di atas ? Karena setahu saya, seri 70 yang bensin hanya menggunakan mesin 3F, 22R dan 1FZ. Sedangkan mesin 12HT hanya dipakai di LC seri 60 (HJ61 & HJ62) dan Toyota coaster

    Salam,
    Anhar

    • mm
      Deru Sudibyo
      Posted at 04:22h, 17 May Reply

      Iya maaf om. Betul kalo yg dijadikan referensi Jepang dan Australia yg punya pabrik LandCruiser terbesar. Malah di Jepang gak ada mesin H untuk LC70, alias gak ada HJ70. Yang ada HZJ70. Makanya kalo belanja di Amayama, pilihannya hanya 3B, 13B-T, 1PZ dan 1HZ untuk LC70. FJ70 ada tapi juga hanya 3F.

      Tapi untuk specific market di negara-negara tertentu ada. Kalo ikutan nyimak diskusi di forum semacam IH8mud pasti nanti banyak keluar linknya. Mesin 14B juga ada yg dipakai LC, BJ50 di Brazil.

      Ntar saya coba cari referens lain. Ada ini https://www.autoevolution.com/cars/toyota-land-cruiser-fj70-pick-up-1984.html# tapi kurang meyakinkan.

  • mm
    Deru Sudibyo
    Posted at 05:17h, 17 May Reply

    Ada juga model khusus XJ700

    XJ700 tampak depan

    XJ700 tampak belakang

  • Rudy Handoko
    Posted at 21:35h, 04 November Reply

    Mantep oom, nambahkan saja LJ70 1984 ada juga yg bermesin 2L, saudaraan sm mesin 2L kijang diesel tahun 2000an dan 2L diesel hiace. Part banyak yg sama, apalagi suaranya hehehe……liat bedanya 16 tahun dr Jepang dan Indonesia

Post A Reply to Deru Sudibyo Cancel Reply