Misteri Seputar IT

12 Oct 2011 Misteri Seputar IT

Rasanya setiap orang tahu betapa hebatnya gebrakan IT dalam bisnis. Semula hanya seputar komputer dan software. Lantas hadir telpon seluler alias HP. Tahun 1995 masih merupakan barang prestis yang mahal. Saya engineer saja hanya pake pager untuk memantau perintah dan masalah. Hari ini pengemis saja sudah bawa HP untuk berkomunikasi dengan agennya dan sesamanya. HP dan pulsa sudah menjadi kebutuhan pokok melebihi sembako. Berapa keuntungan yang bisa diraup dari bisnis HP? Berapa bisnis yang lahir gara-gara HP.

Berikutnya adalah internet. Kita baru mengenal internet kalo tidak salah awal 1995 meskipun sebenarnya sudah ada sejak 1987. Itupun masih terbatas untuk kalangan orang-orang IT. Tetapi apa yang kita lihat hari ini, sudah sangat luar biasa. internet sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kalangan muda. Tidak hanya yang punya komputer saja yang bisa akses internet. Anak-anak muda pengangguran di kampung saya juga banyak yang sudah pinter mengunduh video mesum Luna Maya dll melalui HP.

Tidak itu saja. Hadir berbagai bisnis berbasis internet baik yang komersil langsung seperti penyediaan hosting, e-banking dan berbagai e-commerce, maupun tidak langsung seperti layanan e-mail dan situs gratis yang hanya mengharapkan income dari iklan. Perkembangan teknologi komputer juga makin menjamur. Internet, HP dan pulsa menjadi saling terkait yang tidak bisa dipisahkan dan sudah menjadi kebutuhan pokok untuk kebanyakan kalangan. Berapa keuntungan yang bisa diraup dari bisnis internet ini? Berapa macam bisnis yang lahir gara-gara internet dan keterkaitannya dengan HP dan pulsa? Berapa total keuntungan yang bisa diraup.

Rupanya kesuksesan yang diraih oleh setiap pemain juga tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat kepakarannya. Pembuat program aplikasi kadang bisa meraih kesuksesan bisnis melebihi pembuat OS maupun pembuat compiler yang dipakainya. Pembuat payperclick dan pembuat facebook jauh lebih sukses ketimbang pembuat HTTP dan yang mereka pakai. Hal semacam ini, mau tidak mau akan menciptakan rasa penasaran yang memicu naluri keserakahan memicu untuk menempuh segala cara untuk meraih sukses.

“Zero sum game”

Kali ini saya mau mencoba men-Pancasila-kan “hukum kekekalan energi”. Energi tidak bisa diciptakan maupun dimusnahkan. Berarti Tuhan YME menciptakan bahan baku alam semesta ini sekali saja, yaitu ketika alam raya ini dicipta. Setelah itu yang ada hanyalah perubahan dan perpindahan dari satu wujud ke wujud lain, dari satu senyawa ke senyawa lain, dari satu unsur ke unsur lain. Semua wujud, senyawa maupun unsur adalah “fana”. Sehingga keabadian akan tercapai manakala semua atribut wujud, senyawa maupun unsur sudah ludes terurai kembali ke dimensi dzat aslinya, yaitu energi.

Implikasinya, setiap kali muncul “sesuatu baru”, pasti ada “sesuatu lama” yang susut atau bahkan lenyap. Otomotif makin menjamur, namun perut bumi makin keroncongan kehabisan minyak dan besi. Hutan beton makin padat diiringi banyaknya bukit lenyap diambil batu, pasir dan kapurnya. Populasi manusia kian padat seiring makin susutnya flora dan fauna. Sepertinya secara kumprung X + Y + Z = 0. Kemenangan X pasti memakan tumbal Y atau Z atau keduanya. Setiap kali muncul keuntungan di satu pihak, pasti ada pihak lain yang dirugikan. Makanya agama mengajarkan kita untuk beramal, (rugi dulu), untuk mendapatkan manfaat di kemudian hari.

Dalam lingkaran kecil, zero sum game kadang tidak kelihatan. Lingkaran bisnis kedelai melibatkan petani, pengrajin tempe-tahu dan konsumen. Sepertinya tidak ada yang menjadi tumbal. Namun jika kacamata kita perluas sampai limbah tempe dan baunya, unsur hara, tekstur/struktur tanah, urea, pestisida dan zat-zat kimia lainnya serta pembendungan sungai (irigasi) atau penambangan air tanah, mungkin saja terungkap siapa yang menjadi tumbel. . .

Bagaimana dengan bisnis IT? Apakah zero some game juga berlaku untuk IT? Mestinya sih lingkaran kecil IT mirip lingkaran kedelai di atas Karena IT hanya menjadi salah satu penunjang dalam lingkaran bisnis yang lebih makro. Tetapi karena IT juga membangkitkan banyak bisnis turunan yang berkutet di dalam lingkaran IT itu sendiri, mungkin saja zero sum game bisa nampak disana. Jika memang demikian, bisnis IT juga mencari tumbal dalam lingkarannya sendiri. Lantas siapa tumbalnya?

Mencari tumbal

Yang jelas tumbalnya konsumen. Semua pemain bisnis tahu persis. Namun tetap diupayakan mencari tumbal sebanyak-banyaknya demi meraup keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan ada yang benar-benar sadis, seperti perampokan pulsa melalui SMS premium yang menghangat akhir-akhir ini. Mengedarkan sampah melalui SMS tanpa diminta, begitu dicek ternyata mencopet pulsa. Yang jadi tumbal kadang tukang becak, kuli bangunan, anak-anak, sungguh nista. Yang namanya mencari tumbal, jangankan cuma mencopet pulsa, lah wong tumbal nyawa juga tetep jalan. Lah itu mereka yang bisnis senjata? Memprovokasi perang pun mereka lakukan demi senjatanya laku 🙁 Itulah bisnis, bila kode etik sudah menjadi barang langka. Kalo kita cermat, sebenarnya langkah mencari tumbal itu sangat kasat mata.

Para produsen IT tentu narasumber IT, karena merekalah yang paling pakar. Namun sudah tidak mungkin dipedomani lagi. Mereka tentu mengunggulkan produknya. Meskipun untuk warnet atau pertokoan kecil, IBM pasti berharap yang dibeli System i (AS/400) atau System p (Risc), kalo bisa mainframe (System z). Sebaliknya meskipun untuk bank sebesar BNI atau BRI atau untuk e-Gov negara sebesar Indonesia, mustahil Microsoft atau Macintosh menyarankan mainframe. Petunjuk mereka tentu seputar PC. Apalagi jika yang ditanya Nokia, bisa jadi cukup dengan talipon bimbit he he:) Cocok ya syukur, nggak cocok ya jadilah tumbal. Sudah banyak korbannya. Tetapi tidak semua merasakan. Karena memang ada pihak yang senang menjadi tumbal.

Upaya persaingan dan mencari tumbal ini tidak sebatas iklan dan slogan. Dunia pendidikan pun jadi sasaran. Para produsen berlomba menjalin persekutuan dengan dunia pendidikan. Bagi Micrsoft, kalo bisa mengubah kurikulum pelajaran TIK menjadi pelajaran Microsoft. Kalo bisa sejak tingkat pendidikan dasar. Mungkin ada beberapa negara yang sudah menjadi korban. Demikian pula bagi Macintosh, IBM dll, tentu berusaha menyainginya, entah di negara mana lagi korbannya. Karena mengubah paradigma intelektual jauh lebih efektif meskipun harus bersabar.

Cuci otak tidak melulu melalui pendidikan formal, tapi juga melalui sejumlah pembakuan. Untuk memperkuat posisinya di pasar, produsen seringkali berkonspirasi dengan produsen lain untuk menjadi besar. Seperti apa sih bentuk konspirasi? Kita bisa lihat misalnya, beberapa produsen hardware pendukung hanya menyediakan driver untuk OS tertentu. Beberapa produsen software hanya menyediakan produknya untuk platform tertentu. Memang tidak semuanya karena alasan konspirasi. Namun pada umumnya demikian. Bahkan masih adanya virus untuk platform OS tertentu di hari gini pun bisa saja karena konspirasi. Karena makin banyak pemakai platform OS tersebut, mereka yang bikin virus dan antivirus tentu makin bahagia. Dagangannya laku 🙂 Tentu para pembuat virus dan antivirus akan bergerilya dengan berbagai upaya agar platform OS tersebut makin populer, baik melalui slogan, tulisan, seminar maupun berbagai forum diskusi di internet.

Konspirasi yang telah menjadi besar, gerilyanya tidak sekedar nyebarin slogan dan posting artikel. Mereka menyusun sejumlah pembakuan (standard) yang mengarahkan publik maupun kalangan akademis kepada bisnis mereka. Dengan demikian, mereka menjadi superior. Pemikirnya bukan pedagang saja. Mereka juga memiliki ilmuwan dan insinyur hebat berkolaborasi dengan ekonom dan pebisnis hebat. Standard yang mereka tetapkan tentu sudah melalui pengkajian ilmiah yang cukup matang untuk mencampuradukan antara kebenaran dan pembenaran serta keselarasan tahapan expansi dengan perkembangan teknologi dan kejituan strateginya dan juga efek sampingnya.

Siapa tumbal IT?

Ingin tahu? Tidak sulit sih mencarinya.. 🙂 Lihat saja, setiap ada proyek implementasi IT yang tidak perlu atau gagal .. itulah tumbal. Misalnya sebuah instansi ujug-ujug mengganti platform IT-nya, padahal tidak ada alasan yang penting. Pastilah mereka tumbal. Karena mengganti platform merupakan investasi ulang. Terlebih jika platform pengganti itu harus digantikan lagi karena tidak memenuhi kebutuhan. Jelas-jelas tumbal kuadrat.

Tumbal yang paling apes adalah implementasi IT tapi tidak pernah untuk produksi. Terlebih investasinya besar-besaran. Lebih parah lagi jika teknologinya tidak tepat sehingga makin besar biayanya untuk mengatasi kesulitan. Yang paling konyol adalah perekayasaannya sangat bodoh sehingga kinerjanya kalah cepat dengan manual. Dan yang paling doraka lagi jika asetnya pun sudah lenyap tanpa bekas.

Kandidat tumbal juga sudah bisa dilihat dari langkah awalnya. Menyusun infrastruktur IT sebuah sistem menyimpang dari konsep dan karakter sistem tersebut, pasti terlihat dari awal. Perancang IT harusnya tahu benar karakteristik sistem yang akan dibangunnya. Sistem yang karakteristiknya tersebar dipaksakan terpusat, pasti hanya akan jadi tumbal. Sebaliknya, system yang karakteristiknya terpusat dipaksakan tersebar, juga pasti hanya akan jadi tumbal. Karena manfaat yang didapat pasti tidak terkabul atau tidak optimal. Sehingga suatu saat pasti akan dirubah agar bermanfaat.

Calon tumbal ditimang dikudang

Calon tumbal atau wadal perlu ditimang dan dikudang agar mabok kepayang. Caranya macam-macam. Bikin seminar dan mensosialisasikan berbagai parameter pengukuran yang bisa membesarkan hati para tumbal atau calon tumbal. Mari merenung sejenak mencermati analogi berikut ini.

Seseorang nyetir mobil dari Bogor mau ke Jakarta. Jika parameter yang diukur cuma arah dan kecepatannya saja, tentu orang yang mengarah ke Puncak langsung sadar salah arah ketika melihat petunjuk tertentu dan segera balik arah mumpung belum telanjur terlalu jauh. Memang ada tenaga, waktu dan biaya yang terbuang percuma. Tapi masih mending ketimbang nyasarnya sampai Cianjur 🙂

Bayangkan jika parameternya diperbanyak dengan, (1) cara duduk di jok, (2) cara memegang setir, (3) cara menginjak pedal, (4) cara memainkan tongkat persneling, (5) cara melirik spion, (6) cara memainkan kecepatan, (7) pemahaman rambu-rambu lalin, (8) kelengkapan SIM dan surat-surat kendaraan, (9) kondisi kendaraan, (10) saldo BBM yang ada di tanki, (11) uang yang dianggarkan untuk BBM, (12) arah kendaraan dan (13) ketersediaan peta lokasi tujuan. Tentu saja kita yang nyasar mengarah ke Puncak tidak terlalu merasa salah jika 12 parameter yang lain terpenuhi. Kesalahannya baru 7.7%. Sopir yang dungu tentu masih berbesar hati karena nilainya 92.3, masih dapat A he he 🙂 Bisa-bisa dia terus sampai Bandung dan hasilnya pasti kegagalan.

Tapi harus diakui bahwa 13 parameter tersebut di atas tidak ada satupun yang bisa disalahkan. Baik secara nalar maupun etika, 13 parameter di atas adalah benar. Bahkan lebih benar ketimbang cuma arah dan kecepatan. Secerdas apapun tidak akan ada yang mampu menolak satupun parameter di atas.

Menimang calon tumbal bisnis IT kurang lebih mirip. Disusun sejumlah parameter yang ndakik-ndakik untuk mengukur tingkat keberhasilan. Tapi secara teori semua parameter tersebut memang benar, seperti contoh 13 parameter nyetir mobil di atas. Yeng menyusun juga bukan sembarang orang, melainkan kolaborasi antar pakar kesohor. Lantas dilakukan pengukuran. Hasilnya, meskipun e-Gov diketeng sendiri-sendiri per kabupaten/kota, masih bisa berbesar hati karena puluhan parameter lain masih terpenuhi. Artinya, sang sopir masih bisa melanjutkan ke Cianjur he he 🙂

Lebih hebatnya lagi, kemudian dilanjutkan dengan menyusun peringkat. Tentu bagi yang bukan berada di peringkat paling bawah masih bisa senyum. Sayangnya kita kadang tidak menyadari biasnya peringkat. Tentu saja kecerdasan saya mendapat peringkat 2 setelah Prof B.J. Habibie jika pesertanya cuman saya, pak Habibie dan orang idiot. Apakah saya boleh bangga mendapat peringkat 2?

Dari mana kita tahu bahwa parameter-parameter tersebut merupakan jebakan untuk mencari tumbal? Sebenarnya tidak terlalu sulit. Di dunia ini sangatlah langka parameter yang bobotnya seragam. Jadi adilnya, setiap parameter harus dinyatakan bobotnya. Cara melirik kaca spion tidak mungkin sama bobotnya dengan arah perjalanan.

Ada baiknya kita merenungi apa yang sedang dan akan terjadi di dunia IT.

Topik-topik terkait

  1. E-Gov Menjadikan Pemerintah Swalayan Tuntas
  2. Menyimak e-KTP
  3. e-Gov untuk Mencegah Kejahatan
  4. Mainframe – Solusi Paling Jitu untuk e-Gov
  5. Agromatika – Jembatan ke Nusantara Hari Esok
  6. Agromatika – Konten Utama e-Gov Nusantara
  7. Merenungi e-Global
  8. Awan Cumulonimbus Hadir di Jagat IT
wpuser
dewi.sekarsari@yahoo.com
No Comments

Post A Comment